Untaian Mutiara Hikmah Para Ulama

Sebagian salaf berkata, “Allah menciptakan malaikat dengan akal tanpa nafsu, ia juga menciptakan hewan dengan nafsu tanpa akal, dan Ia menciptakan manusia memiliki akal dan nafsu, maka barangsiapa akalnya lebih dominan dibanding nafsunya maka ia condong kepada malaikat, dan barangsiapa yang nafsunya lebih dominan dibanding akalnya maka ia condong kepada hewan”.

Sufyan At-Tsauri berkata, “Tiada sesuatu yang lebih susah aku obati dari pada diriku sendiri, terkadang ia mengajakku kepada kebaikan dan terkadang kepada keburukan”.

Hasan Al-Bashriy berkata, “Semoga Allah merahmati hamba yang berhenti sejenak ketika terlintas sesuatu di pikirannya (untuk melakukan sesuatu), jika ikhlas karena Allah ia melanjutkan, jika tidak ia menahan diri”.

Beliau juga berkata, “Diantara tanda berpalingnya Allah dari seorang hamba adalah menyibukkannya dengan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya”.

Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata, “Janganlah merasa kesepian dalam jalan kebenaran walau orangnya sedikit, dan janganlah tertipu (untuk mengikuti) jalan kesesatan walaupun banyak orang yang binasa (karena menyusurinya)”.

Yahya bin Mu’adz berkata, “Hati bagaikan panci, ia mendidih bersama apa yang didalamnya, dan sendoknya adalah lisannya, maka lihatlah seseorang bagaimana ia berbicara, karena lisannya menyendokkan untukmu apa yang ada dihatinya”.

Sayyidah Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Bid’ah pertama setelah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah kekenyangan, sesungguhnya suatu kaum ketika perut mereka kekenyangan maka nafsu mereka akan rakus terhadap dunia”.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Janganlah engkau duduk bersama ‘ahlul ahwa’ (pengikut hawa nafsu), karena duduk dengan mereka menyebabkan penyakit hati”.

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Segala pujian terhadap seorang hamba di dalam Al-Qur’an adalah buah daripada ilmu, dan segala celaan terhadap seorang hamba di dalam Al-Qur’an adalah buah daripada kebodohan.”

Syaqiq bin Ibrahim berkata, “Pintu taufik ditutup bagi para hamba disebabkan enam perkara; sibuk dengan nikmat sehingga lupa mensyukurinya, keinginan mereka untuk mendapatkan ilmu tapi tidak mengamalkannya, bersegera dalam melakukan dosa dan mengakhirkan taubat, tertipu dengan (berbangga) berkumpul dengan orang-orang sholeh namun tidak meneladani perbuatan mereka, mengejar dunia padahal ia meninggalkan mereka, berpaling dari akhirat padahal mereka semakin dekat dengannya”.

Bisyr bin Al-Harits berkata, “Tidaklah bertakwa kepada Allah orang yang suka untuk menjadi terkenal”.

Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya, “Bagaimana engkau mengetahui orang-orang pembohong?” Ia menjawab, “Melalui janji-janji mereka”.

Haram bin Hayyan berkata, “Tidaklah seseorang menghadap kepada Allah dengan hatinya kecuali Allah menghadapkan hati orang-orang beriman kepadanya sehingga Ia memberinya simpati mereka”.

 

hisbah.net

Leave a Comment

FORSIMAS

FORSIMAS